PRINSIP – PRINSIP BISNIS DALAM ISLAM

PRINSIP – PRINSIP BISNIS DALAM ISLAM


Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar

“BUTA HATI, LEBIH BERBAHAYA, BUTA MATA
TIDAK NAMPAK DUNIA, BUTA HATI TIDAK NAMPAK
KEBENARAN, BUTA HATI DITIPU NAFSU
DAN SYAITAN.”

Saudara – saudaraku, andaikata tujuan sudah ditetapkan sepelan apapun kita bergerak insyaallah merupakan suatu kemajuan. Tapi bagi orang yang tujuannya tidak tetap, segigih apapun bergerak bisa jadi menuju kehancuran.

Oleh karena itu kalau kita berbicara bisnis itu tergantung tujuannya apa. Ada yang tujuannya hanya uang, ada yang tujuannya kepuasan. Tapi sebagai muslim paling tidak ada tiga tujuan yang harus kita pahami sebagai manusia yang diciptakan Allah.

Pertama, kita diciptakan oleh Allah untuk menjadikan segala aktifitas kita sebagai ibadah. Itu artinya bisnis bagi kita adalah ibadah, bukan semata – mata mencari uang.

Kedua, tugas hidup kita menjadi khalifah. Kita diberi kesempatan hidup di dunia satu kali oleh karena itu kita harus berkarya seoptimal mungkin, sehingga saat kematian kita kelak adalah puncak kita berkarya dalam hidup ini yang bermanfaat bagi peradaban manusia, mensejahterakan diri dan mensejahterakan orang lain.

Ketiga, tugas kita dalam bahasa agama disebut dakwah. Artinya apapun aktifitas yang kita lakukan harus menjadi pencerminan pribadi pribadi yang menjadi teladan dalam kebenaran. ini penting, ibadah, khalifah dan dakwah.

Saudaraku, ada orang yang sibuk dengan membanting tulang demi mencari sesuap nasi. Ini rugi, sudah tulang yang dibanting hanya sesuap yang dicari.

Imam Ali pernah mengatakan , barang siapa yang memang kesibukannya hanya untuk mencari isi perut, maaf derajatnya tidak jauh beda dengan apa yang keluar dari perut.

prinsip-prinsip bisnis dalam Islam
Kalau hanya mencari makan apa bedanya dengan kambing?
Kalau hanya sekedar mencari uang, garong juga mencari uang.
Maka kita harus tahu bahwa kita tidak disuruh mencari uang.
Tetapi kita disuruh untuk menjemput rezeki karena setiap makhluk sudah disiapkan rezekinya masing–masing.

Ada perbedaan mendasar antara “mencari” dan “menjemput”. Kalau “mencari itu ada kemungkinan tidak mendapatkan apa yang dicari. Tapi kalau “menjemput”,pasti ada. Maka itu sebabnya saya dalam bisnis tidak cemas lagi dengan rezeki, dengan gaji karyawan, sebanyak apapun karyawan termasuk yang cacat.

Kenapa? Karena setiap orang sudah ada rezekinya. Saya kasih contoh, mencari istri itu belum tentu dia punya istri. tetapi menjemput istri pasti sudah punya istri kecuali mancari yang lain. Ini penting. “Waman yatawakkal ‘ala Allah fahuwa hasbuh,” Q.S. At Thalaq (65) : 3, artinya “Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkannya.”

Maaf kalau saya mengambil sudut pandang Islam, karena itu yang saya pahami. Seorang Muslim, dikatakan professional kalau dia memenuhi dua hal. 

Pertama, didalam mencari, dia sangat menjaga nilai – nilai kejujuran, tepat janji, etos kerja, sehingga kalau dia mendapatkan uang maka dirinya lebih bernilai dari sebanyak apapun uang yang didapatkan. Karena dia mencari dalam rangka untuk membangun nilai – nilai.

Kedua, dalam mencari nafkah atau “menjemput rezekinya” dia sangat menjaga sehingga terbangun nama baiknya. Dengan demikian, dia tidak pernah takut kehilangan apapun. 

Mau pensiun, mati uangnya habis, tidak ada masalah. Karena bukan itu yang dia cari, tapi nilai – nilailah yang dia cari. Kalau uangnya banyak, dia lebih kaya dari uangnya. Tapi maaf, kalau koruptor uangnya banyak, rumah berharga, mobil berharga, tanah berharga, tapi yang tidak berharga adalah dirinya.

Maka tidak heran kalau koruptor sering minta – minta, segalanya dicolok. Maaf, jangan ada yang merasa tersinggung, kecuali koruptor sendiri. Bayangkan ada orang yang mencari, dia telah mendapat dunianya, tapi dia tidak mendapatkan dirinya. Makanya dia takut sekali kehilangan jabatannya, karena itu yang dia anggap sukses.

Kenapa orang takut turun dari jabatannya?
Karena itu topeng dia. Jadi kalau orang bersembunyi di balik topeng, takut diambil topengnya. Tapi kalau orang membangun dirinya, dia tidak pernah takut kehilangan apapun.

Maka orang – orang yang pecinta dunia takut melihat pesaing. Padahal pesaing adalah saudara kita juga. Tanpa pesaing hidup kita tidak bermutu. Persaingan itu karunia Allah agar bisa memompa kemampuan kita secara optimal.

Saudara mau balap karung sendirian? Tidak bermutu walaupun meraih juara umum. Begitu juga apabila balap karung dengan anak TK, walau juara dunia tetapi tetap tidak ada harga karena lawannya adalah anak TK. Tapi balap karung dengan petarung tangguh, walau kita menjadi juara kelima, tidak ada masalah. Tapi kita sudah memompa kemampuan kita secara optimal.

Pesaing tidak akan mengurangi rezeki kita, kalau kita bertarung dengan keyakinan bahwa Allah yang membagikan rezeki. Mempunyai pesaing itu nikmat. Bukankah tidak akan bisa menjadi pahlawan kalau tidak ada penjahatnya? Yang menjadi masalah siapa yang menjadi penjahat? Itu saja. Mencari rezeki, sekaligus menjaga nilai sehingga nama terbangun. kalau hal ini dilakukan harga diri terbangun. Kalau hal ini dilakukan walau sudah pensiun, tua atau mendapat mutasi, orang tersebut tidak pernah berkurang kemuliaannya karena telah melekat pada dirinya, kekayaan pribadinya.

Kalau sudah mendapat rezeki, seorang professional yang baik dan berhati nurani akan mendistribusikan rezekinya. Maka disebutkan oleh Nabi Muhammad, “Khairunnas anfa’uhum linnas,” Hadits Riwayat Bukhari. Artinya, “Sebaik –baik manusia adalah manusia yang paling banyak manfaatnya.”

Jadi kita bekerja keras, menjemput rezeki kita, nama kita terbangun, rezeki kita dapatkan, lalu kita distribusikan. Makin banyak kekayaan, makin banyak orang lapar tersantuni, makin banyak orang bodoh bisa belajar, makin banyak orang yang tidak berpakain bisa memiliki baju, makin banyak orang yang tidak mempunyai rumah bisa berteduh. dan ini akan membuat kita semakin bersemangat dalam bekerja.

Dan luar biasa, kita bisa menikmati bagaimana kita mendistribusikan rezeki kita ini. Sehingga kalau kita mati nanti, kita sudah puas. Nama insyaallah baik, orang banyak manfaatnya. Kita tunggu saja saat kematian seperti ini. mau apa lagi, dunia tidak pernah bisa kita bawa. Siapa orang kaya di dunia ini, bawa apa dia
mati? Tidak ada yang dibawa.

Kadang kita salah, melihat orang kaya itu yang banyak tabungannya. Padahal dia hanya penunggu saja. Kalau menurut saya, orang yang kaya adalah orang yang banyak mendistribusikan rezekinya.

Jadi maaf, menurut saya, para koruptor itu benar – benar orang yang miskin.Tidak ada apa – apanya, walaupun jasnya bagus, dasinya bagus. Padahal kalau mau jujur, dia ke atas menjilat, ke bawah menginjak, ke samping menyikut. Sudah punya istri berzina, segala diangkut dari kantor ke rumah. Sampai – sampai
jepitan buku pun diangkut. Ini benar – benar miskin.

Makanya nanti ke depan kalau kita memilih pejabat itu harus orang yang kaya. Bukan kaya dengan uang, tapi kaya batinnya. Tidak suka minta – minta. Orang yang minta – minta itu orang miskin. Misalnya minta proyek. Salah kita memilih orang yang miskin batinnya. Memiliki jabatan tetapi kerjanya minta – minta.

Saudara – saudaraku, kalau kita sudah tahu bahwa rezeki datangnya dari Allah, untuk apa kita berbuat licik? Yang menyuruh jujur Allah, yang membagikan rezeki juga Allah. Maaf mungkin kita pernah dengar perumpamaan ini. saya pernah mendapat nasehat dari anak saya. “Pak, kita mah malu kalau hidup mengeluh. Lihat nyamuk, untuk mencari sesuap makan saja dia harus bertarung dengan nyawanya.”

Nyamuk itu mencari makan saja sudah terancam. Dan sudah berapa banyak nyamuk tewas di tangan kita, ketika dia mencari nafkah. Anak saya bilang, “Lihat ketika nyamuk itu makan, Pak. Makan saja terancam.” Berapa banyak nyamuk yang terbunuh ketika makan, juga ditangan kita? Sudah selesai makan tangki sudah penuh, mau terbang rasanya berat. malu jadi manusia kalau kita terus – menerus mengeluh. Lihat nyamuk itu dari awal sampai akhir. mencari sesuap darah saja nyawanya terancam.

Makanya orang – orang yang licik, mereka betul – betul menghinakan dirinya sendiri. Orang yang bekerja cerdas bukan orang yang menjadi untung dengan banyak liang, tapi sekali dayung dua, tiga empat pulau terlampaui. Ibarat sambil menyelam minum air, memungut mutiara, ketemu dengan puteri duyung. Orang – orang yang korupsi itu benar – benar, maaf, bodoh. Saya tidak menyebut dungu ya, tapi apa bedanya?

Saya ini merasa gemas. Bayangkan dia mengambil tapi dan menghancurkan dirinya dan nama baiknya. Dia memberi makan keluarga dengan harta haram, dimana kecerdasannya? Bayangkan, nama itu tidak terbeli oleh harta. Mati dalam aib, orang tua malu, anak tertekan, makanan yang dimakan pun haram. padahal harta tidak dibawa kalau mati.

Saya pernah mendengar ada koruptor yang pusing. Menyimpan uang di bank, karena takut ketahuan, maka dia memakai nama orang lain. Punya mobil bagus takut ketahuan, akhirnya disimpan di kampung. Punya rumah, sertifikat dia atas namakan orang lain. Jadi dia punya apa? Punya dosa. Apalagi sekarang ada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Itu semakin membuat dia tertekan. sudah tidak bisa menikmati tapi tetap saja korupsi. Na’udzubillahi min dzalik.

Mungkin ini yang disebut buta hati. Negara kita menjadi seperti ini karena pebisnisnya bukan professional. Kalau professional pasti bagus. Jadi yang professional itu selalu menggunakan basis moral. karena nilai keuntungan tidak dilihat dari jumlah uang.

Bagi kami dalam bisnis, uang itu nomor sekian.
Pertama, yang namanya untung itu kalau bisnis ini menjadi amal. karena kita semua pasti mati dan yang dibawa ke akhirat itu bukan uangnya tapi amalnya. Oleh karena itu sejak mulai dari niat harus benar kalau niat sudah salah, cara juga salah, tindakan kita tidak akan menjadi amal walaupun mungkin menghasilkan uang. Namun untuk apa itu semua, karena uang tidak bisa kita bawa mati.

Kedua, yang disebut untung adalah, kalau dalam bisnis, nama kita menjadi semakin lebih baik. Nabi Muhammad itu benar – benar menjadi orang yang sangat credible, Al Amien seorang yang sangat – sangat terpercaya. Orang tidak ragu saja kepada perkatannya. Makanya bagi kami bisnis itu kecil, tapi nama baik itu
yang sangat penting.

Ketiga, yang namanya untung itu ketika dalam bisnis, kita bisa manambah ilmu, karena tanpa penambahan ilmu, pengalaman dan wawasan, keuntungan yang didapat bisa menjadi bumerang. Segalanya berubah dalam hidup ini, bagaimana mungkin menyikapinya tanpa kemampuan yang berubah. Saat ini untung, tapi besok lusa bisa jadi keuntungan ini akan menjadi sumber kerugian. Makanya keuntungan berupa uang yang tidak meng - upgrade diri kita, itu sebetulnya tidak untung.

Yang keempat, keuntungan adalah ketika dengan bisnis, menambah silaturahmi, menambah saudara, karena persaudaraan itu mahal. Buat apa mempunyai uang banyak kalau musuh juga bertambah. sekali digarong, atau dibui, harta akan habis dan percuma.

Jadi orientasi dalam bisnis itu adalah bagaimana semakin menambah saudara. Tidak begitu untung barangkali tidak apa – apa, tetapi saudara bertambah. Kalau orang sudah sayang ke kita, dia akan menajdi tim marketing kita.

Dan yang kelima, yang disebut keuntungan bagi bisnis yang bernuansa religi adalah bagaimana dengan bisnis makin banyak orang yang mendapatkan keuntungan. Karena setiap orang yang beruntung, yang menjadi bagian dari bisnis kita, itu akan menjadikan kebagian diri kita pula.

Konsep – konsep tersebut di atas tidak hanya ideal, tapi realistis karena kita sudah menjalani dan terbukti untung besar, kami tidak tertarik pada uang haram, untuk apa? Logikanya sederhana, Allah yang menyuruh jujur, Allah yang memberi rezeki, untuk apa harus tidak jujur?
 
Kami membangun perusahaan dengan konsep ini. Beberapa waktu yang lalu kami mencoba untuk membangun perumahan, hanya dalam tempo satu bulan sudah laku 495 rumah. Bahkan belum diumumkan sudah habis. Ya mudah – mudahan Allah menerima.

Saya sendiri pribadi mengelola 19 perusahaan dengan konsep bisnis di atas. Bisnis di perusahaan tersebut terus saja beranak pinak. Jadi konsep yang sudah saya kemukakan di atas bukan saja ideal, tapi konsep yang realistis dan benar – benar menguntungkan.

Logiknya sederhana. Dimana – mana orang akan selalu mencari rekanan yang jujur dan bisa dipercaya. Karena berusaha untuk jujur, tentu kitalah yang mereka cari. Para investor yang punya uang mencari orang yang bisa mengelola uangnya dengan jujur. Para pembeli ingin pedagang yang jujur. Kita tinggal tampil saja,
karena mungkin menjadi barang langka.

Ini kisah nyata. Ada sekelompok warga punya tanah menawarkan kepada kami agar tanahnya dibeli. Tapi dari mana uangnya. Kemudian datang investor pada kami. Mereka mencari pengelola yang amanah. Kemudian masyarakat juga ingin membeli dari pengelola yang jujur. Akhirnya tanpa modal, tanah terbeli dan
setelah jadi, perumahan segera terjual habis.
Jadi yang mengherankan, kenapa masih ada orang yang tidak jujur?

Contoh lain, beberapa waktu yang lalu kita menyelenggarakan pelatihan. Ada peserta yang ingin me – mark up anggaran pelatihan tersebut. Kita tegas – tegas menolak. silakan mencari tempat pelatihan lain, kita tidak kurang peserta.

Antriannya bertahun – tahun. Kita juga punya hotel yang ternyata bookingnya sampai 3 – 4 bulan.
Dari contoh – contoh tersebut, menjadi aneh kenapa harus tidak jujur?
Tidak jujur itu karena kurang iman.
Kalau sudah yakin rezeki dari Allah, kenapa kita tidak jujur.
Nabi Muhammad telah memberikan teladan dalam bisnis semasa hidupnya dengan julukan Al Amien. Al Amien itu komponennya tiga :

Pertama jujur terpercaya, tidak pernah bohong sekecil apapun.
Kedua, Sigma kepuasan, jadi ketemu puas bicara puas, terus menerus memberikan kepuasan, semakin banyak titik kepuasan itu orang tersebut semakin credible
Ketiga, inovatif dan solutif. Kalau orang terus meng – upgrade dirinya dan terus menerus berinovasi, serta menjadi solusi, dia akan menjadi credible.

Orang yang tidak jujur, tidak memuaskan, tidak punya inovasi dia akan terkubur.

3 komentar:

ITJ