Informasi Islam

Informasi Islam, ekonomi Islam

Islamic Economic

Islamic Bussines

Hikmah Lelaki Tidak Boleh Memakai Emas

Hikmah Lelaki Tidak Boleh Memakai Emas


Bismillah..

Ada sebuah hadits dimana Rasulullah SAW bersabda:
”Dihalalkan (mengenakan) sutera dan emas bagi kaum wanita dari umatku dan diharamkan bagi kaum laki-lakinya.” (HR. Ahmad)
.
Islam melarang laki-laki memakai emas. Mengapa? Ternyata, selain ada hikmah ekonomi dan sosial seperti dijelaskan Syaikh Dr Yusuf Al Qardhawi dlm bukunya "Halal Haram dlm Islam", terungkap pula hikmah medis di balik haramnya laki-laki memakai emas.

Berikut hikmah medis tersebut seperti dikutip dari Nabawia.com:

- "Atom pada emas mampu menembus ke dlm kulit melalui pori-pori dan masuk ke dlm darah manusia. Jika
Hikmah Lelaki Tidak Boleh Memakai Emas, emas, sutra
seorang pria mengenakan emas dlm jumlah tertentu dan dlm jangka waktu yg lama, maka dampak yg ditimbulkan yaitu di dlm darah dan urinenya akan mengandung atom emas dlm kadar yg melebihi batas (dikenal dgn sebutan migrasi emas). Apabila ini terjadi dam jangka waktu yg lama, maka atom dalam darah ini akan sampai ke otak dan memicu penyakit alzheimer." -

Alzheimer adalah suatu penyakit yg membuat penderitanya kehilangan semua kemampuan mental dan fisik serta menyebabkan kembali seperti anak kecil. Alzheimer bukan penuaan normal, tetapi merupakan penuaan paksaan atau terpaksa.

Lalu, mengapa Islam memperbolehkan wanita utk mengenakan emas? Di antara hikmahnya ditinjau dari sisi medis ini adalah, wanita tidak menderita masalah ini karena setiap bulan, partikel berbahaya tersebut keluar dari tubuh wanita melalui menstruasi. 

Subhanallah, itulah diantara hikmah mengapa agama Islam melarang laki-laki memakai emas. Nabi Muhammad SAW menyampaikan larangan itu 1400 tahun yg lalu, padahal beliau tidak pernah belajar ilmu kimia.

Lantas Bagaimana Hukum Pemanfaatan Emas?

Imam Nawawi rahimahullah berkata:

- "Tidaklah haram baginya. Ia boleh memanfaatkannya utk dijual dan tindakan yg lain. Ia bisa saja menyedekahkan emas tadi kpd yg membutuhkan karena Nabi SAW tidaklah melarang seluruh pemanfaatan emas. Yang beliau larang adalah emas tersebut dikenakan. Namun utk pemanfaatan lainnya, dibolehkan,” - (Syarh Shahih Muslim, 14: 56)
Wallahu 'alam.
.
Semoga Bermanfaat
@mozaik_islam

Uang Kertas

Kisah Sukus dan Tukus

Syahdan di suatu samudera terdapat dua pulau yang bertetangga. Sebut saja Pulau Aya dan Pulau Baya. Di pulau Aya, suku Sukus hidup sejahtera. Mereka dikarunia daratan yang subur. Mereka hidup bercocok tanam. Pertanian mereka menghasilkan aneka sayuran dan buah-buahan tropis. lkan dan sumberdaya laut sangat melimpah. Tidak hanya itu, Pulau Aya terkenal dengan panoramanya yang indah. Gemericik air terjun bisa ditemui di banyak tempat. Sungai-sungainya yangjemihjuga menjadi daya tarik tersendiri. Tak heran bila pulau ini menjadi tempat tujuan para pelancong dan wisatawan lokal maupun luar pulau.

Masyarakat Sukus dikenal memiliki peradaban yang cukup maju. Mereka beruntung, pulau yang mereka tempati menghasilkan emas. Dan mereka bekerja keras untuk mendapatkan logam mulia ini. Hampir semua anggota suku memiliki emas dan menyimpannya sebagai simbol harta kekayaan.

Selain sebagai simbol peradaban, emas juga berfungsi sebagai alat transaksi. Sejak Saka, sang ketua suku, mencetak koin emas, maka semua transaksi jual beli yang semula dilakukan dengan barter beralih dan diukur dengan emas. Berdagang pun menjadi lebih mudah dan simpel.

Meskipun begitu, mereka tidak mendewa-dewakan emas sebagai satu-satunya pencapaian. Kehidupan sosial mereka tampak lebih penting. Ini bisa dilihat-dari cara mereka yang saling tolongmenolong. (Kami di dunia setan sangat membenci perilaku ini). Ketika anggota suku perlu membangun rumah baru karena rumah lama tersapu ombak. yang berarti menguras emas simpanannya. anggota-anggota suku lainnya dengan suka rela meminjamkan emas miliknya. Hebatnya. tanpa charge atau tambahan apapun. "Dasar manusia bodoh, sudah meminjamkan uang kok tidak mau minta kompensasi." begitu gerutuan kami.

Kami semakin pusing karena tidak terbatas itu saja, mereka juga bergotong royong satu sama lain dengan ikhlas. Padahal kami ingin, paling tidak, mereka lakukan ini dengan riya. Pantaslah bila kehidupan mereka meskipun sederhana tapi diliputi semangat kesetiakawanan yang tinggi. Anggota suku terbiasa bahu-membahu mengatasi persoalan bersama. Boleh dikata, mereka hidup rukun dan damai.

Sementara pulau tetangganya. Pulau Baya. didiami suku Tukus. Kebanyakan penduduknya bekerja sebagai petani. Mengolah lahan di sawah atau ladang dan memelihara lemak. Sebagian lagi yang memiliki ketrampilan khusus, memproduksi kerajinan tangan.

Dibandingkan suku Sukus. mereka lebih sederhana. Mereka masih menggunakan sistem barter dalam transaksi keseharian. Yang menghasilkan padi menukar berasnya dengan kerajinan tangan atau sebaliknya. Boleh dibilang secara ekonomi, kesejahteraan mereka di bawah suku Sukus. Mereka memang kebanyakan hanya pekerja kasar. Mereka tidak memiliki pusat kota yang indah dan maju seperti halnya Sukus. Sesekali mereka menjual hasil bumi dan handicraft mereka ke suku Sukus. Mereka, apalagi para wanitanya, sangat senang menerima koin emas sebagai jasa dari padi atau kerajinan tangan yang mereka hasilkan. Meskipun berbeda dalam hal kesejahteraan. ada satu persamaan menonjol di antara Sukus dan Tukus. Mereka sama sama hidup damai, rukun dan saling tolong-menolong. Mereka sering bersilaturahmi dan menjalankan ritual agamanya dengan tenang.

Sampai akhirnya datang tamu istimewa ke suku Sukus. Berpenampilan perlente. dua orang asing turun dari kapal yang berlabuh di pulau Aya. Gaga dan Sago, begitu mereka mengenalkan diri saat dijamu oleh Saka, pimpinan suku Sukus. Kedua tamu ini disambut dengan suka cita. Saka dan para pembantunya sangat terkesan dengan kisah Gaga dan Sago yang ruengaku sudah melanglang buana. Sebagai bukti, kedua orang asing itu lalu memamerkan koin emas asing yang mereka kumpulkan dari berbagai tempat perlawatan.

Satu hal lagi -dan ini yang paling menarik bagi Saka dan punggawanya- adalah kertas yang dinyatakan sebagai uang. Gaga dan Sago lalu memperkenalkan bagaimana uang kertas jauh lebih efisien ketimbang emas yang sehari-hari mereka pakai. Itulah kenapa uang kertas ini sudah dipakai di negara-negara yang jauh lebih maju dibanding tempat mereka tinggal. Gaga dan Sago yang mulai mendapat respon positif semakin bergairah menjelaskan uang kertas ini kepada sang tuan rumah. Lalu, mereka memperkenalkan mesin pencetak uang.

"Gambar Anda nanti akan terpampang dalam lembar uang kertas ini," Gaga menunjuk uang kertas sembari menyunggingkan senyum kearah Saka.

"Benarkah?" sela Saka berbinar. Dalam hati Saka girang bukan kepalang. Seumur hidupnya, tidak ada orang yang memberikan penghormatan sebagaimana dua tamu istimewanya.

Kami pun membisikkan ke dada Saka,"Hai Saka, kalau uang kertas bergambarkan dirimu diterbitkan, pasti kamu menjadi manusia terkenal hingga daratan yang pernah disinggahi para tamumu yang luar biasa itu."

"Seratus persen Anda akan menjadi orang terkenal!" Sago menimpali sembari mengangkat dua ujung jempol tangannya ke atas. Sago memang agen tulen kami. Tanpa kami bisikan sesuatu, ia sudah tahu apa yang harus diperbuat. Dan pujian itu pun melambungkan angannya. Ha…ha…ha... pancingan Gago dan sago mengena. Dua agen kami ini pun semakin antusias meyakinkan suku Sukus bahwa mata uang kertas akan sangat membantu membuat perekonomian mereka efisien.

Dan untuk kepentingan itu, sebuah institusi bernama bank perlu didirikan. Bank akan meyimpan deposit koin emas mereka yang menganggur (idle). Lalu uang deposan ini -sebagai taktik, ya hanya sekadar taktik- bisa dipinjamkan kepada anggota suku lainnya yang memerlukan. Dengan demikian, kesannya semua sumber daya yang ada menjadi optimal karena dialokasikan untuk kegiatan ekonomi produktif.

Suku Sukus yang terkenal suka membantu, sangat impresif dengan ide itu. Mereka pikir, lembaga ini sangat luar biasa karena bisa melanjutkan tradisi mereka untuk membantu orang lain. Jadilah ide itu diamini dan dilanjutkan dengan mendirikan bangunan yang difungsikan sebagai bank yang pertama di Pulau Aya.

Upacara pembukaan perdana Bank Aya, sebut aja begitu, sangat meriah. Orang sepulau tumplek blek jadi satu merayakan hari bersejarah itu. Sebagian besar dari mereka sudah membawa koin-koin emas yang selama ini hanya disimpan di bawah bantal. Setiap satu koin emas yang mereka simpan, mereka mendapatkan ganti uang kertas dengan jaminan bila sewaktu-waktu mereka menghendaki, mereka bisa menukarkan kembali uang kertas yang saat ini mereka terima dengan koin emas yang pernah mereka simpan.

Hampir semua anggota suku Sukus menyimpan koin emas mereka di Bank Aya. Sejumlah 100.000 lembar uang kertas diserahkan, yang berarti Bank Aya -yang dimotori Gago dan Sago- menerima 100.000 koin emas. Tak terasa, akhirnya penduduk negeri Pulau Aya begitu menikmati uang kertas itu. Mereka merasakan dengan menggunakan uang kertas itu, transaksi yang mereka lakukan jauh lebih simpel dan nyaman.

Praktis semakin jarang orang yang menggunakan koin emas dalam transaksi sehari-hari. Sampai akhirnya uang kertas menjadi mata uang dominan. Kenapa mereka begitu? Karena selain lebih memudahkan transaksi, mereka juga dengan mudah menukarkan uang kertas mereka dengan koin emas jika mereka memerlukan. Untuk yang satu ini, Gaga dan Sago sangat menjaga kepercayaan. Setiap kali ada yang mau menukarkan, kali itu juga koin emas diberikan.

Demikian seterusnya sehingga lama-lama orang tidak khawatir dengan uang kertas miliknya. Toh kalau mereka mau, mereka bisa menukarkannya sepanjang waktu.

Perkembangan ini ternyata menjadi berita di mana-mana. Suku Tukus yang mendiami pulau Baya, diam-diam memuji dan ingin sekali praktik yang sama juga diterapkan di pulau mereka. Bayangkan, dari semula melakukan jual beli dengan cara barter, tiba-tiba ada sistem super canggih yang bisa membantu mereka melakukan transaksi dengan sangat mudah dan efisien.

Tak sabar, mereka mengutus duta menemui Gaga dan Sago. Mereka minta agar sistem yang mereka bawa juga bisa diterapkan di Pulau Baya. Gaga menyanggupi. Dia meminta Sago untuk membuka cabang Bank Aya di Pulau Baya dan mengangkat Sago sebagai manajernya. Hanya bedanya, di sini hanya sedikit penduduknya yang memiliki koin emas.

"Anda tidak perlu kecil hati," kata Sago menghibur."Tanpa koin emas pun Anda bisa mengenyam kenikmatan sebagaimana tetangga pulau Anda," dia bermanis-manis menerangkan. Tentu saja keterangan ini disambut gembira oleh penduduk Pulau Baya.

Aha!, Sago belul-betul agen kami yang cemerlang. Otak bulusnya benar-benar tidak menyimpang dari program yang sudah kami tanamkan: keserakahan.

Begitulah. Mulailah Sago membagikan uang kertas. Ada 100 kepala keluarga di pulau itu. Setiap kepala keluarga diberikan 100 lembar uang. Jadi total uang yang tcrsirkulasi di pulau itu mcncapai 100.000. "Karena Anda tidak menyimpan koin emas seperti halnya penduduk pulau seberang, sebagai gantinya. Anda bisa menggunakan uang yang telah saya bagikan."

Apa yang dikatakan Sago itu disambut dengan senang. Tepuk tangan riuh membahana. Mereka bersyukur, sebentar lagi negeri mereka tidak akan sekolot dan seprimitif tempo hari. Namun, kemeriahan itu sempat hening ketika Sago menyela, "Harap diingat. Uang yang saya bagikan tadi tidak gratis. Ini adalah pinjaman. Nanti setelah setahun dari saat ini, Anda harus mengembalikan uang ini plus 100 lembar uang tambahan."

"Kenapa harus ada tambahan 100? Kenapa tidak mengembalikan sejumlah yang kami pinjam?" seorang pemuka suku Tukus menyela.

"Huuh ! Dasar manusia bebal," umpat kami yang tak sabar mendengar jawaban cerdas dari Sago. "Betul Anda memang hanya meminjam 1000. Yang 100 itu adalah untuk membayar jasa yang kami sedikan," Sago dengan senyum lepas menjelaskan. Penjelasan brilian! Kami turut puas mendengar Sago. Tak terasa air liur kami berloncatan di sela-sela taring-taring kami yang panjang menunggu agar para manusia bodoh itu tak lagi rewel menyoal tambahan yang wajar.

Meski ada yang masih mengganjal, penjelasan Sago cukup tepat untuk membungkam naluri kritis warga Tukus. Itu terlibat dari tak surutnya minat warga Tukus untuk mengambil tawaran Sago. Paling tidak, mereka bisa merasakan mudahnya bertransaksi dengan uang kertas. Dan yang lebih penting lagi, menikmati status sebagai warga dunia baru, Modern dan prestisius.

Setelah sekian lama, dua agen kami itu mulai memainkan kartu truf. Dan pengamatan Gaga, di pulau Aya, rata-rata hanya sekitar 10 persen uang kertas yang ditukarkan ke koin emas pada setiap waktu. Sisanya, 90 persen tetap berada di kotak penyimpanan di Bank Aya. Mencermati bahwa uang kertas mereka sudah merajai alat tukar, kami pun tergelak.

"Hai Gaga, kenapa tidak kau cetak uang lagi? Bukankah hanya sedikit dari mereka yang menukarkan uang kertasnya dengan koin emas?

Bukankah kau bisa meraup untung luar biasa dengan cara ini? Ayolah kawan, tunjukkan otak cerdasmu," begini kami tak henti menggelitiki Gaga.

Dan benar, Gago memang agen kami yang jempolan. Ia lalu mencetak uang kertas lebih banyak. Tidak tanggung-tanggung hingga 900.000. Dalam kalkulasinya, jumlah ini, ditambah jumlah uang kertas yang telah dibagikan sebelumnya, totalnya 1.000.000. Kalau ada orang yang datang hendak menukarkan uang kertas ini, berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah hanya 10 persen saja. Nah, kalau ini yang terjadi, bukankah ia menyimpan 100.000 koin emas, yang tidak lain adalah koin yang telah disetor oleh seluruh penduduk Sukus? Kalau hitung-hitungan pahit itu benar-benar terjadi, bukankah cadangan koin emas yang diperlukan sudah cukup?

Fantastic! Creating Money from nothing!
Menciptakan uang dari kekosongan. Hanya orangorang seperti Gaga, kawan kami, yang bisa. Begitulah. Akal bulas Gaga bergerak. la pinjamkan 900.000 uang kertas yang baru dicetaknya kepada warga Sukus yang memerlukan. Kalau di pulau Baya, Sago mengutip tambahan ekstra sebesar 10 persen dari pokok, nah Gaga meningkatkan kutipan hingga 15 persen. Artinya kalau seseorang meminjam 1000 lembar uang kertas. di akhir tahun ia harus mengembalikan 1150 uang kertas. di mana 150-nya adalah charge dari layanan yang diberikan.

Hari pun berganti. Bulan berjalan begitu cepat. Tak terasa setahun pun lewat. Apa yang terjadi dengan suku Sukus dan Tukus? Pelan tapi pasti. penduduk pulau Aya merasakan harga-harga kebutuhan barang dan jasa mereka naik. Mereka tidak tahu apa penyebabnya. Banyak di antara orang yang meminjam uang dari Gago itu mengalami gagal bayar. Mereka bukan orang pemalas atau penganggur. Tapi meski telah bekerja keras, mereka masih kesulitan melunasi utang berikut bunganya. Dan mereka memang tidak akan pernah bisa. Bahkan ketika mereka menjadikan 24 jam untuk bekerja. Lihatlah. uang yang dipinjamkan 900.000 bila ditamban bunga 15 persen. berani senilai 135.000 atau jumlah total mencapai 1.135.000. Padahal. jumlah uang yang beredar banya 1.000.000 (100.000 diberikan sebagai ganti 100.000 keping koin emas. ditambah uang baru 900.000 yang dicetak Gago).

Dan inilah panen raya yang kami tunggu. Kesuksesan Gago dan Sago. Kami sebut begitu, karena sistem yang dikenalkan dua agen top kami itulah yang pertama kali mengubah watak bisnis kekeluargaan menjadi bisnis yang individual kompetitif. Kehidupan sosial mereka yang harmonis, penuh toleransi dan tolong menolong, perlahan luntur. Masing-masing kepala -apalagi yang berhutang-harus bekerja keras demi mengejar uang untuk melunasi kewajibannya. Sehingga, ketika ada ombak besar menyapu sebagian rumah penduduk.

kebiasaan mereka untuk saling bantu luntur, Prinsip saling membantu berubah menjadi time is money. Membantu orang boleh, tapi harus ada kompensasinya: uang. Sisi kehidupan sosial yang akrab perlahan berubah individual. Masing-masing mulai terbebani untuk berusaha keras untuk kepentingan masing-masing. Sungguh perubahan yang sulit sekali kami capai sendirian. bila tanpa dua kaki tangan kami si Gago dan Sago.

Hal yang sama pun dialami oleh Suku Tukus. Awalnya mereka tidak menyadari. Namun, lambat laun mereka merasakan perubahan. Kebutuhan pokok yang dulunya cukup ditukar dengan barang kerajinan atau sebaliknya, kini mulai sedikit bermasalah. Mereka tidak tahu kenapa tanpa terasa, dengan berlalunya waktu, harga-harga terus merambat naik. Padahal, mereka telah membanting tulang dan bekerja lebin keras. Kerjasama antar warga yang semula menjadi tradisi, lama-kelamaan juga mulai luntur. Mereka menjadi egois, diburu kebutuhan masing-masing. Toh di akhir tahun tidak semua bisa membayar kewajibannya. Seperti dialami suku Sukus, suku Tukus pun anggotanya banyak yang default alias gagal bayar.

Melihat perkembangan ini, kami di dunia setan pun bersuka ria. Betapa tidak, dimana kerakusan menjadi idiologi, di sinilah singgasana kami dibangun. Karena itu. kami pun semakin rajin membisiki Gago dan Sago untuk tidak hanya berhenti di sini saja. Tapi untuk semakin menguasai manusia-manusia bodoh yang duninya berlagak saling bantu itu.

Gaga dan Sago memang sangat impresif. Mereka adalah ciptaan jenius. Terbukti ketika mereka melancarkan dua trik lanjutan untuk memenangkan keadaan. Kepada para penunggak sebagian ada yang dipaksa membayar. Caranya, dengan menyita harta benda mereka. Rumah, sawah, ternak dan maupun harta benda lainnya pun segera berpindah tuan. Sementara penunggak yang mempunyai hubungan baik dengan Gaga dan Sago diberi kesempatan untuk memperpanjang masa angsuran. Kebetulan Taka, pimpinan suku Tukus, salah seorang di antara penunggak. Maka untuk atas nama "kebaikan hati" Sago bukan saja memberikan tambahan waktu mengangsur utang.
tapi juga memberikan tambahan utang baru. Kenapa? Dia beralasan utang ini biar bisa dipakai untuk melancarkan kegiatan produktifnya. Namun alih-alih bisa membayar periode berikutnya, Taka kembali tak bisa melunasi utangnya.

Malu karena tak bisa membayar kewajiban, Taka menarik diri dan menghindari bertemu dengan Sago. Ia mulai kehilangan kepercayaan diri. Kewibawaannya sebagai kepala Suku Tukus berbalik ke titik nadir. Sementara, Sago yang semula berlagak membantu, kini tinggal melakukan eksekusi. Ia semakin kaya. Ia pun berubah lagaknya Tuan Besar. Ha..ha...ha... Dalam dunia kami, kedua agen ini memang layak sombong.
Karena kepintaran dan kejeniusannya. Hanya orang-orang dengki saja yang menyebut caracaranya
menguasai manusia-manusai bodoh itu sebagai keculasan.

Tidak bermoral? Ini hanya retorika gombal, persetan dengan moral.

Setelah beberapa tahun berselang, Gago dan Sago yang semula datang ke Aya dan Baya dengan modal mesin pencetak uang, kini telah menjadi pemilik hampir semua kekayaan di dua pulau tersebut. Mereka menguasai ekonomi dan properti. Lambat laun, dengan uang, mereka pun beroleh kekuasaan baru: menguasai politik negeri itu.

Sementara masyarakat dua pulau itu tinggalah sebagai pekerja kasar. Kemiskinan tiba-tiba seperti menjadi endemik yang terus menyebar cepat. Mereka bekerja keras, untuk hasil yang sedikit. Mereka kehilangan waktu untuk saudara dan tetangga. Mereka semakin jarang melakukan upacara keagamaan. Lebih parah lagi, mereka semakin tidak perhatian satu sama lain.

Kejahatan yang semula hanyalah cerita yang sering mereka dengar dari negara antah berantah, kini menghampiri: marak di depan hidung mereka sendiri. Karena tidak bisa bayar utang, mereka mengorbankan anak dan bahkan istrinya untuk diperbudak. Prostitusi yang semula begitu tabu bagi mereka, seperti menjadi budaya baru. Semua budaya yang datang dari Gago dan Sago, dianggap superior. Budaya lokal pun lambat laun punah. Gago dan Sago telah menguasai semua, tak ada yang tersisa: ekonomi, budaya, kekuasaan dan keadilan yang bisa mereka beli melalui uang.

Namun ini bukan akhir petualangan mereka. Mereka tak hanya ingin menaklukkan dua pulau Aya dan Baya. Mereka ingin semua pulau di dunia berada dalam pengaruh kekuasaan mereka. Target mereka bukan untuk menaklukkan tentara musuh di negara-negara jauh. Tapi, menaklukkan ekonomi mereka. Membuat mereka terkesan, lalu ketika saatnya tiba, mencekik mereka dengan sekali hentak: melalui uang kertas tanpa jaminan, aturan cadangan 10 persen dan bunga. Tiga kombinasi jurus ini, sudah terbukti ampuh. Setidaknya, dua penduduk negeri sudah mereka kuasai.

Perangkap inilah yang dengan cerita dan intensitas berbeda terjadi dalam krisis di Asia Tenggara. Cara-cara yang sama akan terus kami kembangkan, sehingga segelintir agen kami yang berkuasa, menyisakan masyarakat banyak yang hidup sengsara. Kalau di kawasan itu sekarang sudah mulai recovery, sasaran bisa dialihkan ke tempat lain. Boleh juga, di kawasan yang sama, tentu menunggu saat yang tepat muncul kembali. Saat-saat balon ekonomi dan keuangan tak lagi bisa menggelembung. Saat-saat ketika manusia kelimpungan. Saat-saat ketika kami untuk kesekian kali merayakan kemenangan karena tiga pilar utama setan- Fiat Money, fractional reserve requirement, dan interest-behasil menggoyang ekonomi.

Sumber : Satanic Finances; A. Riawan Amin 

Bahaya Utang

Ketika Utang Berbuah Perbudakan

Utang telah kami gunakan untuk menghancurkan negeri dengan kekayaan melimpah ini agar rusak sehancur-hancurnya. Utang telah menjadikan mereka, mengutip Publilius Syrus, pengarang roman, dari seorang merdeka sebagai budak. Debt is The slavery of The free. Tidak terkecuali, menjadi budak IMF , Bank Dunia dan lembaga donor lainnya.

Ketika krisis menyapu kawasan Asia Tenggara, mantan Presiden Soeharlo terpaksa membungkuk di hadapan Mitchel Camdessus. Soeharto, sang jenderal yang lebih dari 30 tahun berjaya, tiba-tiba tertunduk di hadapan komprador asing dan dipaksa untuk menandatangani letter of intents (LoI).

Alih-alih menyehatkan ekonomi Indonesia, Lol yang berisi segepok kebijakan yang dipaksakan IMF, lebih membuat suasana ekonomi bertambah panas. Kekacauan ekonomi pun merebak dan mulai merembet ke dunia perbankan. Banyak kredit perbankan macet alau non performing loan-nya (NPLs) menjadi tinggi. NPLs ini yang mengerutkan jumlah suplai uang beredar. Bank merespons dengan menyita kolateral dan menuntut pembayaran yang dipercepat dari nasabahnya.

Namun, apa daya, depresiasi mata uang yang begitu tajam telah membuat utang dari debitur baik individu, perusahaan, bahkan Negara bertambah tanpa mereka menaikkan agregat utang yang dipinjam. Solusi yang diberikan text book untuk situasi ini adalah dengan melakukan kebijakan expansionary monetary. Caranya sederhana, melalui tiga hal berikut: mendorong tabungan, mengurangi cadangan wajib (reserve requirement) dan meningkatkan suku bunga.

Dan ketiga hal ini, kami melalui IMF merekomendasikan yang ketiga. Ya, menaikan suku bunga. Atau lebih dikenal dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Argumentasi-nya, suku bunga tinggi maka dana-dana akan tersedot kembali dalam sistem perbankan. Tidak akan ada dana yang lari ke luar negeri karena sweeter bunga dalam negeri yang jauh lebih menarik. Dengan demikian, kepecayaan investor akan bisa dipulihkan.

Pemerintah Indonesia tidak punya pilihan. Ingat, sebagai "budak" ia harus menurut apa pun yang didiktekan sang tuan. Kamilah bangsa setan yang berada di belakang skenario kekacauan ini. Lalu terjadilah kebijakan yang sangat ganjil itu.

Perbankan menaikkan suku bunga deposito hingga 67 persen, sementara mereka hanya mendapatkan
bunga kredit sebesar 10 persen! Tersebarlah virus negative spread, akibat bunga yang diterima bank melalui peminjam jauh lebih kecil dari bunga yang harus dibayarkan bank kepada penabung / deposan. Karena kondisi ini, kemampuan bank untuk membayar pun jatuh. Liabilities (utang) mereka semakin meningkat, sementara modal mereka tergerus untuk menutup kerugian.

Bahkan, banyak diantaranya yang sampai kehabisan modal. Tak pelak banyak direksi perbankan yang berhenti. Namun di lain pihak, buat deposito nasabah terus berjalan dan tuntutan bunga terus membumbung. Kami berupaya keras agar utang bank-bank tersebut dialihkan dan dibebankan kepada pemerintah.

Karena khawatir uangnya hilang, para deposan ramai-ramai menarik simpanan di bank. Bank tak bisa memenuhi. Mereka melempar handuk. Lalu terbitlah kebijakan untuk menalangi bank-bank yang kolaps dengan apa yang disebut Bank Indonesia sebagai kebijakan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBl).

Ke dalam modal perbankan yang sudah negatif itu disuntikkan obligasi pemerintah. Bunga yang disebabkan penerbitan obligasi ini tentu ditanggung pemerintah. Kompensasinya. aset-aset produktif bank diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Badan inilah yang kemudian melakukan restrukturisasi dan penjualan aset, tepatnya obral aset nasional. Strategi yang sangat menguntungkan bagi kolega-kolega manusia berjiwa setan dari negara lain.

Kenapa begitu? Sekali lagi, inilah akibat sebagai budak. IMF menghendaki penjualan aset nasional segera dilakukan. Siapa pembelinya?Tentu tidak jauh-jauh dari cukong yang menjadi tangan panjang IMF. Tak heran bila hasil menjual aset yang serba tergesa-gesa itu, hanya memberikan recovery rate yang rendah. Bahkan terendah di kawasan.

Malaysia yang tingkat utangnya lebih aman dari Indonesia lebih beruntung, mereka lebih loyal kepada prinsip Islam dan bisa mendongakkan kepala dan mengatakan "No to IMF". Bila IMF memaksa Indonesia melakukan kebijakan suku bunga tinggi, negara jiran itu lebih mandiri dan memilih kebijakan kedua: mengurangi cadangan wajib. Bila sebelum krisis cadangan wajib mereka mencapai 13 persen, pasca krisis cadangan wajib perbankan hanya empat persen.

Dengan cara itu, setiap simpanan RM 1.000, sektor perbankan bisa menggandakan uang hingga RM24.000 untuk membuat total simpanan menjadi RM25.000. Suplai uang memang membanjiri pasaran, tapi utang bunga tidak bertambah. Kami sangat terganggu dengan strategi bangsa Muslim ini.







Tahukah Anda?

Selain kebijakan uang ketat (tight money policy), IMF juga
menawarkan resep kebijakan fiskal (fiscal policy) kepada
pemerintah Indonesia. Kebijakan ini dimaksudkan untuk
mengurangi pengeluaran pemerintah. Pada saat yang sama,
meningkatkan pendapatan melalui pajak. Harapannya,
pemerintah bisa mengurangi budget deficit-nya sehingga
memulihkan kepercayaan investor. Namun kontraksi
anggaran yang diciptakannya menimbulkan shock
masyarakat karena banyak subsidi -seperti BBM -ditarik.
Rakyat yang dalam kondisi kesusahan semakin terhimpit.
Apalagi banyak diantaranya yang menganggur mendadak
karena terkena dampak rasionalisasi perusahaan. Mereka
pun marah. Inilah mungkin kebijakan yang makin
mengurangi kepercayaan mereka kepada pemerintah.
Gelombang demo besar-besaran akhirnya melibas dan
melengserkan Presiden Soeharto.

Dengan mengambil kebijakan ini, maka industri perbankan Malaysia kembali mempunyai darah untuk memberikan pinjaman kepada sektor riil yang sedang dalam proses menjadi korban. Sektor riil mampu menyerap dana pinjaman bank karena suku bunga yang ditawarkan rendah (tidak seperti kasus Indonesia). Namun, bukan berarti dana domestik bisa terbang ke luar negeri (capital out flow).
hal ini, pemerinlah Malaysia sangat cerdas, dengan melakukan kebijakan capital control. Kebijakan ini yang menghalangi dana bebas lari ke luar negeri. Mereka benar-benar merepotkan kami.

Ingat kisah Gaga dan Sago? Persis seperti itulah Indonesia. Ketidakmampuan membayar utang berakibat aset-aset negara diobral. Investor asing yang mendapat restu lMF pun panen. Tak hanya kehilangan aset-aset berharga. Karena utang, Indonesia juga kehilangan harkat dan martabat (dignity) sebagai negara berdaulat. Termasuk, tak berdaya menepis resep obat lMF yang ternyata justru menambah parah sakit ekonomi nasional.
Rakyat Indonesia pun bertambah miskin dan menderita.

Indonesia kembali membuktikan, betapa program kami yang brilian melalui Fiat Money dan interest, telah memberangus negeri kaya menjadi negeri para paria.

sumber : Satanic Finance; A. Riawan Amin

Burung Asli Indonesia

Burung Asli Indonesia

Burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu yang bervariasi warna dan sayap. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia. berikut beberapa yang coba kami rangkum mengenai Burung Asli Indonesia; sedikit memang karena ada sekitar 1.500 jenis burung di antaranya ditemukan di Indonesia; woow mervelous


1.  Celepuk Siau

Celepuk Siau adalah salah satu burung hantu dari jenis Strigidae. Burung Celepuk Siau yang mempunyai nama ilmiah Otus Siaoensis ini berhabitat di daerah Pulau Siau, Sulawesi Utara.

2.  Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) atau disebut juga Curik Bali adalah sejenis burung sedang dengan
panjang lebih kurang 25 cm. Burung pengicau berwarna putih ini merupakan satwa endemik asli Indonesia yang hanya bisa ditemukan di Pulau Bali bagian barat. 
















3.   Nuri Sayap Hitam



Nuri sayap hitam (Eos cyanogenia) adalah sejenis nuri berukuran sedang, dengan panjang sekitar 30 cm, dari suku Psittacidae. Endemik Indonesia, Nuri Sayap-hitam hanya ditemukan di habitat hutan di pesisir pulau Biak dan pulau-pulau di Teluk Cenderawasih, Papua. Spesies ini sering ditemukan dan bersarang di perkebunan kelapa.

4. Kakak Tua Raja 

Spesies ini hidup pada ketinggian 0-1520 meter dari permukaan laut, biasanya berkelompok. Kakak tua pada umumnya berusia panjang, hingga mencapai 60 tahun bahkan lebih. Kakak tua menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi dan tepi hutan juga hutan monsun (Nusa Tenggara), hutan yang tinggi bersemak, semak yang pohonnya jarang dan lahan budidaya yang pohonnya jarang. Dari permukaan laut sampai ketinggian 900 m (Sulawesi), 1520 m (Lombok), 1000 m (Sumbawa).








5.   Cendrawasih


Burung-burung cendrawasih merupakan anggota famili Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Burung Cendrawasih ditemukan di Indonesia timur. Ukuran burung cendrawasih mulai dari Cendrawasih raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cendrawasih paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cendrawasih manukod jambul-bergulung pada 430 gram. Burung jantan pada jenis yang dimorfik seksual bersifat poligami.


6.  Elang Flores

Elang Flores (Spizaetus floris) merupakan salah satu jenis raptor (burung pemangsa) endemik yang di miliki Indonesia. Ciri-ciri burung elang flores mempunyai ukuran tubuh yang sedang, dengan tubuh dewasa berukuran sekitar 55 cm. pada bagian kepala berbulu putih dan terkadang mempunyai garis-garis berwarna coklat pada bagian mahkota. Elang flores merupakan raptor (burung pemangsa) endemik Nusa Tenggara yang hanya dapat ditemukan di pulau Flores, Sumbawa, Lombok, Satonda, Paloe, Komodo, dan Rinca. 

 7.     Trulek Jawa (Vanellus macropterus)

 Trulek Jawa (Vanellus macropterus) adalah salah satu burung langka yang hanya terdapat di Jawa. Ciri-ciri Trulek Jawa adalah berukuran sedang, sekitar 28 cm. Bulunya berwarna coklat keabuan dengan kepala hitam. Beberapa daerah yang didiami burung trulek jawa antara lain hutan Sawangan, Petungkriyono, Pekalongan (Jawa Tengah).

8.  Gosong sula 

 Gosong sula (Megapodius bernsteinii) adalah spesies burung dari keluarga Megapodiidae. Burung ini hanya dapat ditemukan di Indonesia, dengan habitat pada hutan subtropikal atau hutan tropis, hutan dataran rendah subtropis atau tropis, hutan mangrove subtropis atau tropis, dan dataran dengan tumbuhan perdu beriklim subtropis atau tropis.






9. sempidan Kalimantan


Burung Sempidan Kalimantan adalah burung endemik Pulau Kalimantan, biasa ditemui di kawasan terlindung (misalnya Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Timur),  jarang ditemukan di tempat lain. Burung ini mendiami bukit dan wilayah bawah hutan pegunungan tropis, cenderung memilih hutan hujan dataran tinggi dan jarang mengunjungi dataran rendah di bawah ketinggian 300 meter (980 kaki). Makanannya terutama terdiri dari buah-buahan, cacing, dan serangga.

10.   Mambruk ubiaat


  Mambruk ubiaat adalah hewan endemik Papua Indonesia, karena hanya ditemukan di hutan hujan dataran rendah di bagian barat Pulau Papua di wilayah Indonesia; jenis lain Mambruk menghuni bagian lain dari pulau ini. Makanan utama burung ini adalah buah dan biji-bijian. 

Burung berwarna biru keabu-abuan ini berukuran cukup besar dengan ciri khas mahkota seperti renda di atas kepalanya serta bulu gelap di sekitar matanya. Baik jantan maupun betina memiliki ukuran dan bentuk yang sama, akan tetapi jantan biasanya berukuran lebih besar. Ukuran rata-ratanya adalah panjang 70 cm (28 inci) dan berat 2.100 grams (4,6 lbs)

Bagaimana sedikit kan yang kita tahu; sama saya juga, mungkin juga masih banyak lagi jenis burung yang belum kita kenal di alam sana. kalau bagi pecinta burung kicau pasti tahu beberapa jenis dibawah ini :

Murai Batu


Murai Batu adalah nama yang dikenal di Indonesia untuk menyebutkan jenis burung yang memiliki ekor panjang dan suara yang merdu. tetapi, pada dasarnya jika rekan-rekan ingin mencari lebih banyak lagi referensi dari internet menggunakan mesin pencari Google atau yang lain, coba gunakan kata-kata SHAMA BIRD atau WHITE RUMPET SHAMA artinya burung Murai batu ini bukan hanya ada di Indonesia atau wilayah pegunungan sumatra, tetapi masih banyak tempat lain yang beriklim tropis memiliki burung seperti ini. Ada baiknya kita tau asal usulnya


Distribusi Geografis :

Habitat asli Murai Batu meliputi beberapa negara di asia selatan seperti India, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Malaysia, Vietnam, Laos, China, Indonesia dan Thailand.


Daerah Murai Batu Di Indonesia

Jika mendengar nama murai batu sering di ikuti dengan kata-kata Medan sumatra utara. Memang dari beberapa jenis murai batu yang ada di Indonesia Murai Batu yang berasal dari Medan sangat populer karena beberapa kelebihan yang dimilikinya, antara lain juntai ekor yang lebih panjang diantara Murai di daerah lain, memiliki mental tempur yang sangat bagus, vokal suara yang lebih ngebas(nada rendah), dan masih banyak yang lain. Tetapi disamping dari Medan sebenarnya masih banyak daerah lain yang juga merupakan daerah tinggal burung Murai batu ini, antara lain :


Murai Batu Medan, panjang ekor
Murai Batu Aceh (dari Pulau Sabang dan Daerah Gunung Leuser), 
Murai Batu Nias
Murai Batu Jambi, Bengkulu dan Sumatra Selatan
Murai Batu Lampung
Murai Batu Borneo atau Kalimantan (Banjar dan Palangkaraya)

Disini saya hanya mau membahasa tentang Murai Batu Medan karena sampai saat ini Murai Jenis ini masih disukai dan paling banyak di budidayakan.

Cucak Hijau Jawa

 
burung ini karena memiliki kemampuan berkicau yang baik, serta gaya nya yang sangat menarik, membuat burung inipun menjadi incaran para penggemar burung. Perburuan terhadap burung ini pun marak di pulau Jawa, selain harga burung ini yang semakin melambung tinggi, membuat populasi burung ini terancam. Habitat burung ini pun semakin sempit, karena kerusakan hutan akibat ulah manusia.

Untungnya populasi burung ini masih bisa ditemukan di luar pulau Jawa, seperti di pulau Kalimantan dan pulau Sumatra. Sehingga sedikit membuat lega para pecinta kelestarian burung ini.


Decu Jawa

 
burung yang kecil mungil yang memiliki perawakan mirip burung kacer hitam (Copsychus scechelarum) ini pun mengalami nasib yang sama dengan burung-burung tersebut sebelumnya. Populasi burung ini semakin sedikit, juga akibat perburuan terhadap burung ini. Burung ini biasanya suka bersarang di pematang-pematang sawah, atau di tanah tebing yang tidak terlalu tinggi. Harga burung ini sempat melambung tinggi, karena keahlian burung ini dalam berkicau, memiliki suara yang melengking, dan variasi yang beragam. 

Dikhawatirkan burung Decu ini akan punah dalam beberapa tahun terakhir ini, kalau tidak segera dilakukan tindakan penyelamatan terhadap burung ini. Di daerah lain juga terdapat populasi burung ini, seperti di pulau Sulawesi, dan di daratan Indochina hingga ke wilayah China.
Di pulau Kalimantan burung ini juga ditemukan, hanya terdapat perbedaan sedikit di daerah perut yang berwarna putih.


Jalak Suren Jawa

Burung Asli Indonesia
 
kalau untuk Jalak Suren Jawa ini, sepertinya sudah tidak bisa kita lihat lagi keberadaan burung ini di alam bebas. Karena diperkirakan burung ini sudah punah di alam pulau Jawa. Kalaupun masih ada paling-paling hanya tinggal beberapa ekor saja. Untungnya maraknya penangkaran terhadap burung ini membuat kepunahan burung ini bisa dicegah. Sehingga membuat para pecinta kelestarian burung ini bisa bernafas lega. 

Jalak Bali

Burung Asli Indonesia
 
burung satu ini termasuk salah satu burung eksotis di Indonesia yang berharga mahal. Harga burung ini dahulu per ekor yang baru ditangkap dari alam, bisa mencapai 1 juta rupiah. Di alam pulau Bali burung ini diperkirakan hanya tinggal belasan ekor saja. Burung ini pernah ditemukan di pulau Lombok, tapi saat ini pun sudah tidak ada lagi, alias sudah punah.

Penangkaran terhadap burung ini pun marak dilakukan oleh penggemar burung, sehingga populasi burung ini yang sedang kritis terancam punah masih bisa dicegah.

Sebenarnya masih terdapat beberapa jenis burung lagi yang terancam punah, tetapi diperkirakan di daerah lain di pulau Jawa masih hidup bebas. Selain di pulau Jawa beberapa jenis burung juga terancam punah di pulau Sumatra. Perburuan terhadap burung-burung ini seharusnya mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat, demi menjaga kelestarian burung-burung di pulau Jawa.

demikianlah beberapa jenis burung asli Indonesia saatnya STOP penangkapan burung di alam; giatkan penangkaran tanam sebanyak mungkin pohon supaya teduh, sejuk agar keseimbangan alam terjaga dan semakin banyak burung yang survive kitapun senang mendengar banyak burung berkicau dipagi hari.

Sumber : dari beberapa article dan gambar by Google

Jasa aqiqah | Aqiqah murah | Harga Aqiqah

ITJ