MARKETING BAHLUL
Pramugari Syariah
Suatu saat saya diperkenalkan kepada seorang pramugari. Pramugari yang satu ini agak lain. Beda dengan cewek-cewek gaul yang pernah saya kenal. Cewek ini lebih sopan, santun, dan tidak norak. Pakaiannya pun tidak terlalu “transparan” untuk cewek-cewek gaul seusia dia. Karena itu, saya tidak keberatan ketika diajak makan malam di salah satu cafe. Saya bilang, “Oke, boleh. Tapi jangan sendiri, ya. Ajak teman-teman kamu dan pakaiannya, please, yang sopan, ya.” Saya juga minta ketemu di cafe yang agak terbuka. Dia sedikit mengerutkan kening. Mungkin dalam hati dia, “Ni orang baru kenal aja da ngatur-ngatur.”
Saya memang lagi cari info tentang pramugari yang katanya sering dijadikan “umpan” para bisnismen dalam negosiasi bisnis. Sebenarnya di apartemen saya cukup banyak pramugari, beberapa saya kenal baik. Tapi mereka tertutup untuk pembicaraan seperti ini. Mungkin karena tetangga, jadi rada ”jaim”. Disitu juga ada pilot yang saya sering jalan bareng. Sayang Kapten ini terlalu ’sholeh’ untuk dimintai info seperti ini.
Sekilas, siapapun laki-laki pasti tertarik dengan anak ini.
“Kamu cantik skali, De,” kata saya. “Iya, Mas, tapi hati saya sakit. Saya mo konsultasi,” tanggapnya sambil senyum simpul. “Kata kawan saya yang ngenalin ke Mas kemarin, Mas katanya ustadz, ya?!” lanjutnya. Wah gawat. Belum-belum, saya sudah diposisikan sebagai ustadz.
“Maaf, saya bukan ustadz De. Kalo seandainya saya ustadz, tentu saya tidak akan mau ketemu cewek cantik seperti Kamu di kafe. Saya konsultan.” “Yah klo mo dibilang konsultan syariah bolehlah, asal kliennya kayak Kamu, he he” kata saya sambil guyon.Ketika itu, memang saya pake seragam yang rada “spiritual”. Saya pake baju kerah sanghai supaya tidak dikesankan om-om ganjen yang lagi cari “mangsa”. Pertemuan pertama kami cukup lama, dari pukul 16.00 sore sampe pukul 21.00 malam, di sebuah kafe yang terletak di kawasan segitiga emas Kuningan. Dia datang dengan empat orang teman, tiga cewek seusia dia dan satu orang cowok. Kawan yang cowok sudah saya kenal cukup lama. Dia punya agency model, yang kadang-kadang saya mintai bantuan kirim tenaga yang “segar-segar” ketika ada acara-acara pameran, expo, atau seminar sebagai penerima tamu. Ketika tiba waktu Maghrib, saya minta izin shalat Maghrib. Selepas waktu Isya, setelah basa-basi sana sini, mulailah saya bicara agak pribadi dengan sang pramugari cantik ini.
“Kenapa mau ketemu saya,” kata saya membuka pembicaraan.
“Maaf Aku mo konsultasi mas, tau ni lagi pusing. Trus aku memang titip ke sahabatku ini (sambil melirik kawan dia yang juga teman lama saya) untuk mencarikan seorang cowok mapan untuk dijadikan suami. Aku ingin jadi wanita baik-baik, Mas. Sudah bosan dengan kehidupan yang serba haram, penuh kepalsuan, hura-hura, dan tak menentu arah tujuan,” jawabnya.
Dari sinilah saya mulai tanya apa yang dimaksud kehidupan serba haram, penuh kepalsuan, hura-hura, dan hidup tak menentu.
Anak ini keturunan Arab. Usianya sekitar 23 tahun. Orang tuanya cerai, dan dia hidup mandiri. Ketika masuk sebagai pramugari mulailah dia mengenal kalangan eksekutif dan kalangan bisnis. Dia tiba-tiba berubah dari “bidadari” yang baik- baik menjadi “bidadari” yang bahlul.
“Aku sudah dua kali dijadikan istri simpanan, Mas,” katanya.
He..he.. Saya dipanggil mas. Wah ge er juga saya.
“Sekali jadi istri simpanan pengusaha dan sekali lagi jadi istri simpanan seorang gubernur,” katanya melanjutkan.
Dia mulai cerita ketika dijadikan istri simpanan seorang pengusaha. Dia kerja ganda, selain sebagai istri, oleh suaminya kadang dijadikan sebagai umpan. Dia terpaksa harus melayani tamu-tamu mitra bisnis sang suami kalau suatu saat ada negosiasi maupun pertemuan-pertemuan khusus.
Sakit, Mas. Di satu sisi, aku dijadikan istri. Seluruh kebutuhanku dan kebutuhan keluargaku dipenuhi lebih dari cukup, dan keliatan dia betul-betul sayang sama aku, tapi pada saat tertentu saya sengaja ‘direlakan’ melayani tamu spesial suamiku, ketika akan memperoleh bisnis-bisnis yang besar.
Biasanya yang seperti ini terjadi klo ada pertemuan dengan para investor, di luar negeri, seperti Singapura ato di Dubai. Sebelum meeting besok hari, malamnya biasanya ada “pesta” dulu. Suamiku suka ambil kamar khusus president suite untuk “tamu agung”nya. Disitu kita makan malam sambil minum-minum gitu. Klo sudah sedikit rada fly, suamiku biasanya pura-pura duluan pulang, aku ditinggal berdua. Yah gitu de aku gak bisa apa pa kecuali “pasrah”. Sakit, Mas. Hati ini benar-benar sakit. Tapi mo gimana lagi wong suamiku juga paling di kamar sebelah dengan cewek lain.
Memang cara seperti ini sangat efektif bagi orang bisnis. Bayangin aja Mas, meetingnya malah kadang gak perlu lagi, yang ada Aku yang justru diminta lagi “meeting” ama si investor. Klo da gitu suamiku biasanya, tiba-tiba harus pulang dulu. Aku ditinggal disana 2-3 hari sendirian. Seluruh dokumen dititip ke Aku. Yah dokumennya juga gak pernah di baca sama si investor. Langsung di teken aja sambil ’merem’. Yang keluar dari mulutnya bukan nanyain dokumen apa ini, tapi kata-kata ”Yes honey yes honey, everything for you”. Hmmm .. dunia ini emang ternyata banyak setannya, Mas.
“Bagaimana dengan sang gubernur,” kata saya.
“Nah yang ini lain lagi, Mas. Aku dikontrakkan sebuah apartemen mewah di kawasan Kuningan. Beliau hanya menemui aku kalau lagi ada dinas di Jawa. Sekali-sekali aku disuruh terbang ke tempatnya (di luar Jawa), trus ketemuan di hotel. Itu pun paling cuma datang bentar trus pergi lagi. Setelah beberapa hari di kota tersebut, aku disuruh balik lagi ke Jakarta. Di sini (Jakarta) aku dikasih mobil. Bulananku, yah mungkin sama dengan gaji pokok anggota DPR, he..he..he,” katanya sambil menunduk agak malu. Dia menyebut angka 25 juta.
“Tapi jujur hidup ini rasanya boring, kadang senang, kadang gembira, tapi kadang juga hati ini merasa teraniaya,” katanya.
Dia lanjutkan critanya.
“Tapi aku tidak zina, Mas. Aku nikah bawah tangan. Ketika menikah dengan sang gubernur, aku off dari kerjaanku. Tapi dengan sang pengusaha, aku dibolehin sambil kerja. Kita tinggal ngatur waktu ketemuan di mana. Saat aku mendarat di suatu tempat, dia sudah nunggu di hotel tempatku nginap. Ketika libur ato istirahat kerja beberapa hari, kami ketemu di apartemen yang sudah dikontrakkan untuk aku di Jakarta.
Aku bosan, Mas. Aku ingin hidup normal sebagai istri yang sah. Istri seorang suami yang betul-betul sayang sama aku. Yang bisa jadi imam bagi aku. Saya engga’ muluk-muluk, Mas. Saya cuma mau diakui sebagai istri sah dan diakui sebagaimana layaknya istri yang resmi. Aku ingin diperlakukan secara adil, dibawa jalan, dikenalkan kepada siapa saja yang ketemu kalau aku adalah istrinya. Bukan istri yang dikerangkeng di hotel atau apartemen. Seperti burung dalam sangkar emas. Aku hanya menghabiskan waktu untuk nonton film, menghayal, malam hari ke ‘dugem’ untuk menghilangkan rasa kesepian, minum minuman keras, sekali-sekali ngeganja, nyimeng, untuk menghibur diri, dan menghilangkan rasa bosan dalam penantian yang tak berujung.”
Kata-katanya mulai pelan dengan suara terputus-putus. Dalam menuturkan kisah hidupnya kadang dia harus berhenti bicara sejenak, mungkin menahan perasaannya. Lalu dia meneteruskan lagi. Dia benar-benar curhat.
“Sekarang aku mulai sadar, Mas. Ketika aku minta pengakuan dengan surat nikah resmi, semua menolak. Aku mulai sadar kalau sebenarnya aku cuma dijadikan sebagai kesenangan duniawi, tidak ada motif yang positif, apalagi motif ibadah. Semula aku duga, mungkin mereka ingin menghindarkan diri dari perzinahan sehingga memilih nikah bawah tangan dengan aku. Tentu tujuan ini suci, karena itu aku mau. Tapi ternyata setelah lama akhirnya aku tau kalau aku hanya salah satu dari wanita mainan mereka. Menyakitkan! Mungkin semua laki-laki seperti ini, Mas. Jahat, egois, dan tidak mengerti perasaan wanita. Karena itu, aku minta cerai. Jujur ketika itu aku memang mau karena motivasi materi dan ingin senang-senang.
Sekarang aku sadar. Umurku mulai beranjak dewasa. Di usia 25 tahun, aku ingin punya suami yang baik-baik. Istri kedua, ketiga, aku engga’ keberatan asal resmi dengan surat nikah dan diperlakukan secara adil. Tolonglah aku, Mas. Aku mau tobat. Maaf, jelek-jelek gini aku keturunan Arab. Papaku Arab, ibuku Aceh. Dalam dada ini masih ada benih-benih iman yang tertanam sejak kecil. Karena itu aku gak mau disentuh sebelum dinikahi. Kecuali beberapa kali “kecelakaan” yang terpaksa Aku lakukan, seperti yang Aku cerita tadi.
Walaupun sudah lama aku tinggalkan shalat, tapi hatiku menangis setiap mendengarkan suara azan Maghrib dan Subuh. Sayang, aku ketemu suami yang bahlul, bergaul sama orang-orang yang seperti itu. Mereka gak ada yang shalat, Mas. Yah Sedikit-sedikit Aku ngerti syariah juga sih, Mas. Jadi sebenarnya Aku ini boleh dibilang pramugari syariah kali he he he.
Kata si Roy (bukan nama sebenarnya, teman yang memperkenalkan kami), Mas ini punya banyak temen orang baik-baik. Kenalin aku temennya dong, Mas, yang ngerti syariah, yang bisa perlakukan istri-istrinya seperti Nabi dan sahabat memperlakukan istri-istrinya secara adil. Yang bisa aku jadiin imam, Mas. Tapi engga’ ko’ mas canda. Mana mau mereka dengan orang yang ‘kotor’ seperti aku.”
Pertemuan kali ini, saya cuma banyak mendengar dan bertanya. Saya sama sekali tidak kasih komentar kecuali memperlihatkan sikap yang empati. Tidak terasa sudah jam 9 malam. Ntar lagi kafe sudah mau tutup. Kami kemudian janjian ketemu lagi minggu depan. Tapi kali ini saya minta tidak di kafe lagi. Terus terang di kafe ini saya rada risi. Kanan kiri orang pacaran. Saya ajak ketemuan lagi di apartemen saya. Di lobby apartemen saya ada kafe yang lebih terbuka. Waktunya kemudian kami sepakati, Sabtu sore.
Pada pertemuan berikutnya di apartemen, kami cuma bertiga. Saya ditemanin teman-teman nongkrong di lobby, teman seapartemen. Dalam pertemuan ini saya yang banyak bicara. Saya katakan kepada sang “bidadari” ini, bahwa suatu saat kelak ketika kamu dipanggil sama yang Mahakuasa, dan kamu benar-benar bertaubat, menjadi wanita salehah, maka di akhirat kelak kamu akan menjadi wanita bidadari beneren, yang suaminya adalah orang yang suci, yang sangat sayang sama kamu, dan kamu juga sayang sama dia, dan kalian kekal dalam surga bersamanya. Itu kalau kamu benar-benar bertaubat dan kembali menjadi wanita yang baik-baik, wanita salehah.
“De’ Githa (nama samaran), kalau kamu ingin memiliki suami yang shaleh, suami yang ingin jadi imam bagi kamu, suami yang kelak menjadi bapak bagi anak-anakmu kelak, suami yang bisa sayang sama kamu sepenuh hati, maka terlebih dahulu kamu harus menjadi wanita salehah dulu. Karena Allah Swt. bilang, wanita pezina tidak akan menikah kecuali dengan laki-laki pezina. Demikian juga sebaliknya, ‘Laki-laki pezina tidak menikahi kecuali wanita pezina atau perempuan yang musyrik dan perempuan pezina tidak dinikahi melainkan oleh laki-laki pezina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang beriman (Al-Qur`an Surat Al-Nuur [24]: 3.).’
Sedangkan jika kamu menjadi wanita salehah, maka Allah menjanjikan suami yang baik-baik bagi wanita-wanita salehah, ‘...Dan perempuan-perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk perempuan yang baik.’” ( Al-Qur’an Surat Al-Nuur [24]: 72.)
Begitulah saya coba memberikan sedikit penjelasan. Saya juga yakinkan kepada wanita ini bahwa dia bukan wanita kotor, wanita hina, seperti yang ia sebutkan di atas, tapi Allah akan membuka pintu taubat selebar-lebarnya kepada siapa saja hamba-Nya yang ingin bertaubat.
“Karena itu, kamu belum terlambat. Usia kamu masih sangat muda. Baru 23 tahun. Bertaubatlah dari saat ini dan gunakan sisa waktumu ini untuk menjadi wanita baik-baik, Insya Allah, Allah akan berikan jodoh yang terbaik buat kamu. Saya bantu deh cariin buat kamu, Asal kamu jadi wanita solehah dulu.”
Dalam hadis qudsi yang diriwayatkan dari Abu Dzar disebutkan bahwa Allah berfirman, “Wahai para hamba-Ku, kalian melakukan kesalahan siang dan malam, dan aku mengampuni semua dosa. Maka barangsiapa mengetahui bahwa sesungguhnya Aku memiliki kekuatan untuk mengampuni, maka Aku pun akan mengampuninya dan tidak akan memperdulikan yang lainnya.”
Allah Swt. juga berfirman, “Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al-Qur`an Surat Al-Zumar [39]: 53.)
“Wahai hamba-hambaKu, janganlah kalian menjadi lemah. Sesungguhnya usaha dan dosa itu datang dari kalian, sedang Aku adalah Yang akan mengabulkan. Kalianlah yang harus memohon ampunan, dan Akulah yang akan mengampuni. Kalianlah yang harus bertaubat, sedang Aku akan mengganti keburukan yang kalian lakukan dengan kebaikan.”
Allah Swt. berfirman, “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu, kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al- Qur`an Surat al-Furqan [25]: 25.)”
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang (Al-Qur`an Surat Al-Fath [48]: 1—2.).”
Jadi, sesungguhnya orang yang taubat itu telah mengganti setiap kesalahan atau dosa yang dilakukan dengan satu kebaikan karena penyesalan yang ada dalam dirinya. Dengan taubatnya, ia menghapuskan kesalahan-kesalahannya, dan yang disebut taubat adalah penyesalan. Taubat dari semua dosa merupakan suatu kebaikan. Semua dosa yang dilakukan menjadi hilang dengan taubat. Maka dari itu, dia berhak untuk mendapatkan tempat satu kebaikan untuk satu dosa yang ia sesali dan tidak ia ulangi lagi, yaitu dengan taubat. Cobalah Anda merenungkan sejenak dosa-dosa yang pernah Anda lakukan, lalu palingkan wajah Anda, dan bertaubatlah.
Sumber: dikutip dari buku Marketing Bahlul, penulis: Muhammad Syakir Sula
0 komentar:
Post a Comment