Kemudian perhatikan hikmah yang dikandung organ-organ tubuhmu yang berjumlah satu-satu, dua-dua, tiga-tiga, atau empat-empat. Kepala, lidah, hidung, kemaluan, masing-masing diciptakan satu saja sebab tidak ada gunanya diciptakan lebih dari satu. Tidakkah kamu lihat, kalau ditambah satu lagi kepala, hanya akan memberatkan badan tanpa menambah faedah, sebab seluruh indera yang diperlukan terkumpul di satu kepala? Bila ada satu kepala lagi, akan mengakibatkan manusia terbagi menjadi dua. Jika dia berbicara, mendengar, melihat, mencium, dan mencicipi dengan salah satu kepalanya, yang lain menganggur, tidak berfungsi. Tapi, kalau dia berbicara melalui kedua kepalanya dengan pembicaraan yang sama, mendengarkan satu suara, dan melihat satu benda, maka salah satu kepalanya sekedar tambahan, tidak ada gunanya. Dan, jika yang diomongkan atau dilihat, dan didengar melalui dua kepala itu berbeda-beda, maka keadaan orang tersebut tidak seimbang, kacau.
Demikian pula, apabila dia punya dua lidah dalam satu mulut. Bila dengan keduanya dia mengucapkan satu omongan, maka salah satunya sia-sia. Kalau dengan salah satunya, maka yang satu lagi tidak ada gunanya. Kalau dengan keduanya dia mengucapkan dua omongan, maka pendengar bingung, tidak tahu omongan mana yang dia pegang. Demikian juga, bila manusia punya dua mulut. Di samping wajah menjadi buruk, salah satunya hanya tambahan, tidak berfungsi apa-apa.
Ini berbeda dengan organ-organ yang diciptakan berpasangan dua-dua; seperti mata, telinga, bibir, tangan, kaki, betis, paha, pinggul, dan buah dada. Hikmah organ-organ tersebut nyata, juga fungsi dan keindahannya jelas. Seandainya manusia hanya punya satu mata, pasti tampangnya buruk, kurang indah. Begitu juga dua alis. Adapun dua kaki, tangan, betis, dan paha yang jumlahnya dua adalah vital bagi manusia, maslahatnya tidak sempurna jika tidak seperti itu.
Lihatlah keadaan orang yang terpotong salah satu tangan atau kakinya. Dia tak berdaya. Seandainya tukang kayu, penjahit, tukang besi, pembuat roti, tukang batu, dan tukang-tukang lainnya itu cacat satu tangannya, tentu pekerjaannya tidak dapat dilakukan. Jadi, hikmah menuntut diberikannya organ seperti itu: dua-dua. Begitu pula manusia diberi dua bibir, sebab maslahatnya tidak sempurna tanpa dua bibir yang punya banyak manfaat; seperti berbicara, sebagai penutup mulut, hiasan, untuk berciuman, dan sebagainya.
Lihatlah keadaan orang yang terpotong salah satu tangan atau kakinya. Dia tak berdaya. Seandainya tukang kayu, penjahit, tukang besi, pembuat roti, tukang batu, dan tukang-tukang lainnya itu cacat satu tangannya, tentu pekerjaannya tidak dapat dilakukan. Jadi, hikmah menuntut diberikannya organ seperti itu: dua-dua. Begitu pula manusia diberi dua bibir, sebab maslahatnya tidak sempurna tanpa dua bibir yang punya banyak manfaat; seperti berbicara, sebagai penutup mulut, hiasan, untuk berciuman, dan sebagainya.
Adapun organ-organ yang tiga-tiga adalah dinding-dinding hidung. Di bagian sebelum ini telah kami terangkan hikmahnya.
Sedang organ-organ yang empat-empat adalah mata kaki, yang merupakan tempat pertemuan (pangkal) kedua telapak kaki. Kekuatan dan gerak telapak kaki tergantung kepadanya, juga fungsi betis terletak padanya. Begitu pula kelopak-kelopak mata. Di antara hikmah dan manfaatnya, dia berfungsi sebagai penutup dan pelindung mata, sebagai hiasan, keindahan, dan sebagainya.
Jadi, hikmah yang luar biasa telah menuntut dijadikannya organ-organ tersebut sedemikian rupa jumlahnya, bentuk, dan keadaannya. Andai lebih atau kurang, pasti akan menyebabkan kepincangan penampilan. Oleh karena itu, di kalangan manusia ada orang yang lebih atau kurang organnya, yang itu menjadi bukti atas hikmah Tuhan, bahwa kalau Dia berkehendak Dia akan menjadikan seluruh makhluk-Nya seperti itu. Juga agar orang yang sempurna organ tubuhnya menyadari betapa besar nikmat atas dirinya, betapa dia diciptakan dengan utuh, tidak kelebihan organ yang tidak dibutuhkannya, dan tidak kekurangan organ yang diperlukannya sebagaimana dilihatnya pada sebagian orang lain. Sepatutnya dia lebih banyak bersyukur dan memuji tuhannya, dan sadar bahwa itu bukan perbuatan (faktor) alam. Semua ini tidak lain ciptaan Allah SWT Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu yang diciptakan-Nya.
sumber: Kunci Kebahagiaan
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
0 komentar:
Post a Comment